Luasnya lahan milik negara dengan status Hak Guna Usaha PT ICTI Hutani Manunggal, yang rencanaya akan menjadi lahan ibu kota negara.

Oleh: Yuliawan A

Poskaltim.com, Balikpapan – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Bambang Brodjonegoro bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Sofyan Djalil beserta rombongan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kemeterian Perhubungan, Kementerian PUPR, didampingi Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor dan Wakil Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Hamdam berkunjung ke sejumlah lokasi Ibu Kota Negara (IKN), salah satunya peninjauan Jembatan Pulau Balang, Rabu, (2/10) siang.

Di satu menara pemantau api setinggi lebih dari 20 meter, Bambang Brodjonegoro dan Isran Noor sempat naik dan melihat luasnya kawasan lahan milik negara yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU) yang selama ini digunakan oleh PT ICTI Hutani Manunggal untuk Hutan Kawasan Industri (HTI).

Ternyata menara berwarna kuning menjulang tinggi itu adalah menara pemantau api (fire tower) yang dibangun tahun 1995 dengan lokasi Sektor Terunen Estate D.072, Desa Pemaluan.

Menara yang berada di perbukitan tengah hutan di Kelurahan Pamaluan ini disebut Menara Sudharmono, mengambil nama salah seorang Wapres RI di era Soeharto. Sebab Wapres RI inilah yang meresmikan menara pada saat itu.

Rombongan wartawan nasional berfoto dengan latarbelakang Menara Sudharmono, yang diperkirakan menjadi titik nol pembangunan Ibu Kota Negara Indonesia di Kaltim.
“Kami tidak ada informasi. Kami sama sekali tidak tahu. Kemarin ada tim Bappenas tapi cuma mendata. Tidak tahu dimana lokasi IKN,” kata Lurah Pemaluan Kecamatan Sepaku Taufig saat diwawancarai media, Rabu (2/10/2).

Diakuinya, di kawasan ITCI Hutani Manunggal tidak ada aktifitas atau kegiatan masyarakat di dalamnya. “Mereka hanya berburu, memancing atau sekedar melintas,” ujarnya.

Kelurahan Pemaluan yang berada di kawasan ITCI Hutani Manunggal berbatasan langsung dengan Desa Binuang, Kelurahan Riko, Kelurahan Mentawir.

Kawasan berdiri menara ini, diprediksikan menjadi titik nol atau pusat pemerintahan ibu kota negara, baik istana presiden dan fasilitas lainnya seperti perkantoran kementerian/lembaga.

Bahkan, beberapa wartawan nasional dan internasional yang ikut serta dalam rombongan, setelah naik ke Menara Sudharmono, langsung nyeletuk, “Ini Menara Eiffel-nya ibu kota negara.”(YAN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here