Oleh: Eko P / Yuliawan A
Poskaltim.com, Moskow – Sebuah mesin pencarian baru bernama Yandex asal perusahaan Rusia bisa jadi akan menantang pencarian Google di masa depan. Yandex yang beralamat di Yandex.ru merupakan mesin pencari cerdas asal Rusia dengan kemampuan tak kalah dengan lainnya.
Yandex boleh saja merupakan perusahaan Rusia, namun mereka mulai menarik nama-nama besar yang sebelumnya sudah bekerja di luar Rusia.
Di departemen risetnya, ada karyawan-karyawan yang sebelumnya bekerja di Google dan Microsoft. Ini menandakan Yandex menganggap Google sebagai salah satu rivalnya. Ini bisa jadi benar, bila menilik masalah teknologi dan ide.
Olga Maslikhova, seorang investor ventura teknologi, berkata Yandex tidak akan mencoba menyaingi Google di tingkat dunia – mereka akan konsentrasi kepada pasar Rusia.
“Yandex adalah perusahaan publik dan mereka butuh meningkatkan valuasi. Pilihannya adalah memperluas pasar ke negara-neagra lain atau mengembangkan berbagai macam produk di satu negara saja,” tukas Maslikhova seperti dikutip dari BBC News, Ahad(10/11).
“Perlu diingat, dengan situasi ekonomi Rusia, sangat sulit untuk merambah pasar internasional. Jadi, Yandex memilih strategi pemasaran skala horisontal di tempat mereka telah beroperasi.”
Orang-orang yang bekerja di sana, meski begitu, tak melulu orang Rusia. David Talbot, mantan periset bahasa Google, adalah kepala proyek Yandex.Translate.
Talbot bergabung dengan tim yang dipimpin Mikhail Bilenko, yang sebelumnya mengembangkan platform pembelajaran mesin (machine learning) di Mocrosoft, adalah kepala kecerdasan mesin dan periset di Yandex.
Ada kontroversi ketika Talbot akhirnya bergabung dengan Yandex, dan situs penerjemah online mereka kemudian menggunakan sistem neuronet, hanya terpaut sebentar setelah Google Translate menggunakan sistem yang sama.
Namun Talbot mengatakan kepada BBC, arsitektur yang dipakai berbeda, yang berarti mesin Yandex akan berjalan lebih baik untuk penerjemahan Bahasa Inggris ke Rusia.
“Kebanyakan orang melakukan apa-apa di internet secara urun daya,” ujarnya.
“Tidak ada sistem urun daya untuk implementasi mesin penerjemahan Google, tapi sudah banyak perangkat online yang tersedia secara urun daya, yang membuat Anda bisa bereksperimen dengan banyak hal. Kita telah melihat keuntungan untuk tidak merahasiakan teknologi. Jika Anda membuatnya urun daya, maka banyak orang akan bereksperimen dengan software Anda dan mereka akan menemukan bugs dan melakukan perbaikan.”ungkapnya.
Pada pertengahan 2017, Yandex membuka perpustakaan pembelajaran-mesin mereka sendiri. Mereka juga mengembangkan layanan cloud yang bertujuan membantu perusahaan-perusahaan lain mengembangkan produk-produk mereka. Pada akhirnya proses ini akan berujung pada inovasi teknologi pengenalan suara Yandex.
Yandex kini menjadi perusahaan peramban online raksasa. Mereka membangun pelantang pintar dan personal asisten yang diaktivasi dengan suara, juga mengetes mobil tanpa pengemudi. Dan perlu dicatat, mereka tidak berasal dari Silicon Valley — melainkan di Rusia.
Yandex juga sama seperti Google, mereka mengembangkan kecerdasan buatan, mobil tanpa sopir, personal asisten, kamus dan penerjemahan online, maketplace, dan pelantang pintar.
Dalam peluncuran mobil tanpa pengemudi banyak masyarakat antri dan rela menunggu berlama-lama menjajal teknologi ini.
Kiprah Yandex di dunia investasi juga tidak kalah dengan Google. Mereka menjadi raksasa IT yang meraih USD1,3 miliar pada saat IPO pada 2011 — tidak jauh berbeda dari IPO Google sebesar USD1,7 miliar.
Yandex saat ini menjadi tempat tujuan bekerja bagi anak-anak muda Rusia yang paling pintar, namun seperti kata Maslikhova, meskipun Rusia memiliki banyak tempat kerja untuk para spesialis teknologi, universitas di negara tersebut tidak membentuk mahasiswa yang “business-minded”.
“Membangun generasi baru ‘Yandexoids’ (begitu mereka menyebut karyawan Yandex) juga menjadi tujuan utama perusahaan ini,”ujarnya.
Yandex memiliki program untuk mengajari dasar-dasar pemrograman untuk anak-anak.
Yandex School of Data Analysis juga menawarkan kelas-kelas gratis untuk siswa tingkat atas dan pasca-sarjana sejak 2007. Mereka juga memiliki program bersama dengan sejumlah kampus Rusia.
Yandex tidak hanya mencoba mengajari para pengembang dan analis muda untuk bekerja dengan big data dan kecerdasan buatan, namun mereka juga mencoba melibatkan seluruh populasi Rusia.
Platform Toloka milik Yandex memberi kesempatan kepada semua orang untuk membantu mengajari algoritma AI mereka, sambil dibayar.
Ada ratusan tugas yang bisa Anda lakukan di laman web mereka, untuk setiap satu tugasnya Anda bisa dibayar sekitar 5c (Rp71.000), tergantung level kecakapan Anda.
Yang dibutuhkan hanyalah sepasang mata, telinga dan otak — tidak butuh ijazah SMA untuk mengatakan kepada mesin AI apa kalimat yang Anda dengar dalam sebuah rekaman (ya, ini yang Anda lakukan untuk mengajari algoritma mengenali cara bicara manusia).
Usaha Yandex untuk melibatkan publik ke produk mereka tak berakhir di situ. Mereka meluncurkan sebuah aplikasi ponsel untuk proyek Narodnaya Karta (“Peta Umum” dalam bahasa Indonesia), yaitu editor untuk Yandex.Maps (Yandex juga punya aplikasi peta seperti Google Maps).
Narodnaya Karta adalah sebuah alat di layanan Yandex Maps di mana para penggunanya bisa membantu meningkatkan akurasi peta.
Semua pengguna bisa mengusulkan untuk mengedit versi terbaru peta. Semua orang bisa memindai wilayah sekitar mereka dan mengunggah data baru supaya peta terus terkini. Ini adalah kartografi urun daya.
Di masa depan, beberapa proyek bahkan lebih ambisius. Dalam konferensi teknologi terbesar di Rusia yang diadakan oleh Yandex, ‘Yet Another Conference’ tahun lalu, Arkady Volozh, CEO Yandex, mengusulkan sesuatu yang ambisius. Idenya adalah membuat teknologi larut dalam kehidupan sehari-hari.(YAN/INI Network)