Lurah Sungai Dama, La Uje, melakukan mediasi antara warga dan aliran yang dituduhkan sebagai aliran sesat oleh warga.. sekitar.

Oleh: Yuliawan A

Poskaltim.com, Samarinda – Sebuah aliran keagamaan yang menamakan diri mereka Majelis Rasulullah Assabatu Sahabah, bertempat di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, dilaporkan telah membuat resah warga.

Jam pengajian mereka yang panjang sejak pukul 22.00 Wita hingga waktu subuh sekitar pukul 04.00 Wita serta anggota pengajian yang tidak mau bersosialisasi dengan warga sekitarnya, membuat warga curiga akan aktivitasnya.

Lurah Sungai Dama, La Uje, mengaku sudah melakukan mediasi antara warga dan aliran tersebut. Bahkan menurut La Uje, dirinya pernah meminta agar kegiatan aliran ini dihentikan.

“Kami sepakat untuk menyetop aliran ini. Karena kami khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya bentrok antar warga. Kami sudah laporkan hal ini kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda,” jelasnya, pada Rabu (9/10).

La Uje mengatakan, selama belum ada keterangan dari MUI setempat, dirinya akan terus mengawasi aliran ini bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Jika memang dianggap sesat, dirinya akan menyerahkan permasalahan ini kepada pihak yang berwenang.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, KH Zaini Naim mengatakan, pihaknya telah menerima laporan adanya aktivitas dari kelompok pengajian Majelis Rasulullah Assabatu Sahabah ini.

Ia meminta masyarakat untuk tenang dan menjaga kerukunan. Persoalan sesat atau tidak suatu ajaran, biar MUI yang menentukan.

“Biar bagaimanapun mereka saudara kita juga. Jangan masyarakat mengambil tindakan sendiri, serahkan pada MUI untuk menilainya, jadi berikan waktu yah,” ucapnya Rabu sore (9/10).

Menurutnya, pihak MUI Samarinda sudah mencoba berkomunikasi dengan pemimpin majelis.
Laporan masyarakat yang menyebutkan bahwa anggota majelis ini berperilaku yang aneh dan tertutup, belum cukup untuk menyatakan suatu ajaran menjadi sesat.

“Rasulullah itu kan di dalam ajarannya tidak ada yang tertutup. Tetapi saya belum bisa memutuskan, takutnya saja ada oknum yang merasa tidak suka atau dendam dengan majelis ini. Jadi akan kami pelajari dahulu, kita simpulkan dulu sesat atau tidaknya majelis yang dilaporkan warga ini,” ujarnya.

Dirinya juga meminta agar masyarakat untuk tenang dan tidak membesar-besarkan masalah ini karena sudah dalam penanganan oleh MUI Samarinda.

“Karena MUI menilai penetapan status sesat atau tidak mekanismenya cukup panjang dan ketat. Sehingga perlu ada kajian dan pendalaman khusus terkait hal ini,” ujarnya.(YAN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here