Oleh: Herry M Joesoef /Yuliawan A
Poskaltim.com, Jakarta – Pada tahun 1334 M, Mahapatih Gajah Mada pernah bersumpah, untuk mempersatukan Nusantara. Indonesia adalah negara kepulauan, dan karena itu menyatukannya menjadi sebuah keniscayaan.
Semangat dari sumpah Palapa inilah yang diambil oleh Presiden Soeharto ketika pada 8 Juli 1976 Indonesia meluncurkan Satelit Palapa A1. Satelit tersebut diluncurkan dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat, dan dilepas di atas Samudera Hindia pada 83 derajat Bujur Timur.
Setelah itu diluncurkanlah satelit-satelit Palapa lainnya yang dalam perkembangannya juga diikuti oleh pihak swasta. Filosofi peluncuran satelit Palapa, menurut pemikiran Pak Harto, agar negeri kepulauan ini tidak lagi terhalang dalam komunikasi antar wilayah. Dengan tidak adanya kendala dalam berkomunikasi, pembangunan nasional akan bisa terwujud secara baik. Adapun satelit Palapa yang diluncurkan tersebut telah menjangkau seluruh wilayah NKRI plus negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Bagi Indonesia, satelit Palapa punya arti penting. Inilah satelit pertama yang dimiliki oleh Indonesia dan menjadi kebanggan pemerintah saat itu. Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang punya satelit, setelah Kanada dan Amerika Serikat. Kehadiran satelit Palapa ikut menaikkan harga diri bangsa Indonesa di mata dunia Internasional. Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan secara teknologi komunikasi untuk urusan domestik. Satelit Palapa berhasil mendekatkan jarak antar wilayah, antar pulau, dengan berbasis komunikasi. Apa yang terjadi di wilayah Papua, saat itu pula bisa diakses oleh mereka yang tinggal di Jakarta dan kota-kota lainnya. Dengan dekatnya “jarak” tersebut, maka setiap ada persoalan, akan bisa secepatnya bisa diambil langkah-langkah penyelesaiannya. Tidak perlu menunggu berjam-jam, berhari-hari untuk mendapatkan informasinya yang valid.
Kehadiran satelit Palapa telah membantu TVRI bisa mengudara dan menjangkau pemirsanya dari Sabang sampai Merauke. Bukan hanya TVRI yang diuntungkan. Pasca diluncurkannya satelit Palapa, televisi-televisi swasta pun bermunculan. Dimotori oleh RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, dan televisi-televisi swasta lainnya. Bagi rakyat Indonesia, hadirya televisi-televisi swasta memberikan banyak pilihan dan alternative. Begitu pula dengan jaringan radio, tidak hanya RRI, tapi juga radio-radio swasta sudah bisa menjangkau jaringan ke banyak kota dalam satu naungan.Satelit Palapa adalah kebanggaan bangsa Indonesia. Ia merupakan simbol prestise sebuah bangsa dan negara. Karena itu ia mesti dirawat agar teknologinya terus dipacu dan dikuasai. Ke depan, teknologi satelit mesti bisa dilakukan oleh anak-anak negeri, dan tidak lagi mengandalkan dan tergantung pada negeri-negeri dan orang-orang asing.
Lihatlah Singapura. Negeri yang penduduknya hampir sama dengan Jakarta itu sudah punya 10 buah satelit. Sedangkan Indonesia yang luas dan terdiri dari pulau-pulau itu saat ini hanya punya 8 satelit. Ini yang perlu direnungkan bersama, bahwa Pak Harto telah memulai, tetapi presiden-presiden berikutnya kurang menaruh perhatian di sektor tol udara ini. Kalau pun ada, masih sebatas wacana, sementara negeri jiran sudah melampauinya.
Di era teknologi informasi ini, penguasaan atas informasi suatu wilyah atau daerah menjadi vital. Mereka yang tertinggal dalam penguasaan informasi akan berjalan tertaih-tatih, dan gagap ketika keadaan menuntutnya untuk segera mengambil langkah-langkah taktis dan strategis. Ini menjadi pilihan yang tak bisa ditawar-tawar. Kuasai informasi, olah, dan ambil keputusan secara valid.
Dan, tiang pancang itu telah dimulai oleh Pak Harto, sebelum negara-negara lain memikirkannya. Nama Palapa juga datang dari datang dari Pak Harto. “Saya ingat pada sejarah Mahapatih Gajah Mada dulu yang telah bersumpah, tidak akan makan buah Palapa sebelum persatuan dan kesatuan kerajaan Majapahit menjadi kenyataan,” tutur Pak Harto dalam buku autobiografinya “Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, yang terbit pada tahun 1989 halaman 323.
Jadi persatuan dan kesatuan NKRI yang akhir-akhir ini menjagi jargon laris-manis itu, bisa terus dirawat dan diruwat melalui penguasaan informasi. Sarannya adalah memberdayakan dan mengembangkan teknologi informasi, lewat peluncuran-peluncuran satelit untuk keperluan komunikasi domestik. (HMJ/YAN/INI Network)