Pemerintah Aceh mendatangi kantor Perwakilan Google Indonesia di Jakarta. Mereka meminta pihak Google memperbaiki sejumlah frasa terjemahan yang dinilai diskriminatif.

Oleh: Suandri Ansyah / Yuliawan A

Poskaltim.com, Jakarta – Pemerintah Aceh melalui Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Almuniza Kamal mengatakan, Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Karenanya, kesalahan menerjemahkan beberapa frasa Aceh ke dalam bahasa Melayu dikhawatirkan akan merusak keberagaman itu.

Dia menegaskan, kesalahan Google terjemah tersebut telah menciderai keinekaan yang selama ini dirajut. Kasus ini sebelumnya pernah dilaporkan sejumlah elemen sipil namun belum mendapat respons memuaskan.

“Mungkin bagi sebagian masyarakat di luar Aceh kesalahan terjemahan itu tidak penting, namun tidak bagi masyarakat Aceh,” ujarnya kepada Indonesiainside.id, lewat pesan tertulis, Selasa (29/10).

Almuniza menjelaskan, isu tersebut sudah mulai liar dan mengejutkan masyarakat Aceh karena sudah mulai dibicarakan mulai dari warung kopi hingga ke tingkat pejabat. Karenanya, BPPA meminta perwakilan Google Indonesia melakukan pembenahan.

Adapun beberapa hal tersebut yakni meminta google memperbaiki sistem terjemahan dari bahasa Aceh ke Bahasa Indonesia dan Melayu. Google Indonesia juga diminta untuk melakukan koordinasi dengan balai Bahasa Aceh jika melakukan terjemahan.

Head of Government Affairs & Public Policy, Indonesia di Google, Putri R. Alam menyampaikan penyesalan dan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Aceh atas kesalahan dan kekeliruan teknologi terjemah tersebut.

“Kami di sini hanya perusahaan pendukung saja google translate itu produk dari ELC Google di Amerika Serikat,” kata dia.

“Tadinya kolega-kolega kami dari google ELC Amerika menghubungi dan mau membantu menjelaskan. Tapi karena berbagai hal, akhirnya kita yang diberikan kepercayaan untuk menyampaikan kekeliruan ini,” imbuh Putri.

Putri mengatakan, perusahaan berjanji akan memperbaiki sistem tersebut. Sejak awal kasus ini muncul ke permukaan, tambah dia, perusahaan juga sudah membenarkan sistem terjemahan tersebut.
Sebelumnya, Forum Masyarakat Melayu dan Aceh melayangkan protes kepada Google. Mereka menemukan adanya tindak diskriminatif terhadap suku Aceh pada layanan Google Translate.

Dari surat tersebut disebutkan bahwa sejumlah pengertian dalam Google Translate telah merendakan suku Aceh dan Melayu. Bahkan beberapa frasa yang mengandung Aceh dan Melayu diterjemahkan menjadi umpatan.

Salah satu contoh yakni frasa ‘anak aceh’ dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu jika diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi ‘son of a bitch’ atau ‘bajingan’. Kemudian frasa ‘anak Melayu’ sebagai ‘bajingan’, ‘wong melayu’ sebagai ‘orang-orang curang’. (YAN/INI Network)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here