Dermaga Desa Pela Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara saat menyambut tamu yang berkunjung ke desa wisata ini

Oleh : Yuliawan Andrianto

Poskaltim.com, Kutai Kartanegara — Desa Wisata Pela di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, sejak dua tahun silam telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bekayuh, Beumbai, Bebudaya atau disingkat Pokdarwis 3 B.

Dalam bahasa Banjar, Bekayuh artinya mendayung dan Beumbai berarti bersama-sama. Sedangkan potensi yang akan dijual adalah kearifan lokal masyarakat yang tinggal di anak Sungai Pela, dengan tradisi dan mata pencarian sebagai nelayan air tawar.

“Disaat-saat musim surut air (sungai) warga membuat ikan asin dan ikan asap yang disebut warga sebagai ikan salai, Sedangkan potensi wisata yang kami miliki yaitu melihat atraksi hewan mamalia air ikan Lumba-Lumba air tawar yang disebut Pesut Mahakam,” ucap Ketua Pokdarwis 3 B, Alimin kepada Poskaltim.com, Kamis (13/6).

Alimin menjelaskan selain kearifan lokal masyarakat, sesuatu yang Pokdarwis 3 B banggakan adalah atraksi hewan air Lumba-Lumba air tawar atau yang masyarakat setempat mengenalnya dengan Pesut Mahakam.

Anggota Pokdarwis 3 B, menjelaskan sejumlah alat dan permainan ski air sungai yang mereka buat sediri dengan bahan sederhana
Selain itu, wisatawan yang datang juga akan disuguhkan dengan pemandangan sunset yang menawan di Tanjung Tamannok yang menjadi bagian dari Danau Semayang.

Untuk interaksi wisatawan dan warga, wisatawan diperkenankan untuk berperahu dan menangkap ikan bersama para nelayan. Tidak saja memancing, wisatawan juga diajak menangkap ikan rawa dengan tangan, menangkap ikan dengan bubu, dan menangkap udang menggunakan alat sederhana hingga meninjau Museum Nelayan yang menempati satu unit rumah kayu sederhana.

“Anak-anak Desa Pela juga memiliki atraksi menarik yaitu ski air. Namun, jika ski air di kota menggunakan peralatan modern dan ditarik speed boat (kapal cepat), di Desa Pela anak-anak biasa bermain ski air dengan alat seadanya dan ditarik perahu sampan cepat yang mereka sebut kapal ketinting,” ujar Alimin.

Dijelaskannya, sejak Oktober 2017 hingga Mei 2019, telah datang turis mancanegara dari Australia, Amerika Serikat, Jerman dan Inggris dengan total wisatawan sebanyak 22 orang.

Saat ini baru terdapat lima pondok wisata (home stay) di Desa Pela ini. Rata-rata satu rumah memiliki dua hingga tiga kamar tidur. Walau begitu, tuan rumah masih menyediakan ruangan lain untuk berkumpul ataupun jika wisatawan ingin tidur-tiduran di luar kamar.

Ikan Lumba-Lumba air tawar atau disebut masyarakat sebagai Pesut Mahakam, menjadi atraksi tersedniri jika kita berkunjunga ke Desa Pela. Jika beruntung wisatawan akan melihat kawanan Pesut bermain dan mencari makan pada sore dan pagi hari.Foto:IST
Setelah berkesempatan semalam bermalam disalah satu pondok wisata ini, kesan bersih menjadi penilaian pertama. Dengan biaya menginap sebesar Rp100.000 semalam, turis akan mendapatkan makan sebanyak tiga kali sehari secara prasmanan dan minuman teh ataupun kopi selalu tersedia.

Walau kamar mandi dan toilet terkesan bersin, namun sayangnya air bak mandi berwarna kecoklatan khas air sungai. Karena, air untuk mandi ini dialirkan langsung dari Sungai Mahakam yang ada di depan rumah penduduk. Bagi yang terbiasa melihat air mandi yang jernih, tentu air berwarna kecoklatan ini sedikit mengganggu.

Berbagai bantuan pelatihan sudah Pokdarwis Pela terima, baik dari Dinas Pariwisata Kaltim maupun dari Kementerian Pariwisata. Ada pelatihan pengelolaan pondok wisata atau home stay, sadar wisata dan sapta pesona hingga pengetahuan tentang mamalia lumba-lumba air tawar yang hanya ada dua di dunia yaitu di Sungai Mahakam dan Sungai Irrawady, Myanmar.

“Kami masih perlu belajar banyak tentang pengelolaan wisatawan. Saya berharap, pemerintah terus secara berkesinambungan memberikan pelatihan, terutama tour guide dan beberapa bantuan fisik. Kami memerlukan dermaga, perahu sampan dan perbaikan akses jalan ke desa kami,” harap Alimin. (YAN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here