Oleh: Ahmad ZR / Yuliawan A
Poskaltim.com, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyertahkan bantuan berupa alat pendeteksi dini besaran guncangan gempa bumi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang Banten, Rabu (14/8).
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo bersama Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, berharap agar bantuan alat pendeteksi besaran gempa ini dapat dijaga, agar tidak hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Alat bernama ‘intensity meter’ itu akan bekerja memberi sinyal sekurang-kurangnya 13 detik sebelum gempa terjadi. Sinyal gempa akan diterima oleh BMKG pusat dan kemudian akan diteruskan ke masing-masing BPBD yang telah memiliki alat tersebut.
“Setelah data rekaman diterima, maka wewenang kemudian diserahkan sepenuhnya kepada pihak BPBD untuk mengambil tindakan dan kebijakan yang dianggap perlu sebagai reaksi cepat tanggap darurat bencana kepada masyarakat,” kata Dwikorita, Rabu (14/8).
Dia meminta agar alat pendeteksi gempa bumi hibah dari jepang itu selalu dijaga dan dirawat agar bisa berfungsi sesuai dengan tujuan dan manfaatnya. Selain itu, dia berpesan kepada semua pihak untuk tidak merusak alat-alat pendeteksi dan pengirim sinyal yang ada di lapangan agar dapat berfungsi dengan baik.
“Ingat, ya. Saya mohon dengan sangat agar beberapa alat pendeteksi dini yang sudah kita pasang jangan dirusak, apalagi diambil. Ini demi kemaslahatan bersama,” ujar Dwikorita.
Pada kesempatan sama, Letjen Doni mengingatkan bahwa bencana alam bisa terjadi secara berulang. Selain pentingnya jenis alat early warning system (EWS) alias sistem peringatan dini itu, hal lain yang harus dimiliki dalam menghadapi ancaman risiko bencana adalah peningkatan kapasitas manusia.
“Jangan sampai (keberadaan alat) ini menjadi sia-sia, ketika ada sirine gempa atau tsunami tapi masyarakatnya tidak tahu harus berbuat apa saat peristiwa alam itu terjadi. Jadi harus seimbang,” kata Doni.
Mantan danjen Kopassus itu mengapresiasi hasil evaluasi dari simulasi bencana gempa bumi dan tsunami yang diikuti puluhan warga dan anggota Pramuka dari MTs Negeri 2 Pandeglang serta unsur terkait lainnya di Shelter Labuan. Dalam simulasi itu, seluruh peserta mampu mencapai titik lokasi evakuasi yang berada di lantai atas shelter kurang dari 10 menit.
“Simulasi ini penting, karena wilayah ini dekat dengan pantai dan berada pada zona rawan gempa. Semoga hal ini bisa menjadi kegiatan rutin sehingga kita semua lebih tangguh menghadapi ancaman risiko bencana,” ujar Doni.
Usai melakukan evaluasi simulasi dan serah terima alat pendeteksi guncangan gempabumi, kepala BNPB dan kepala BMKG melanjutkan kegiatan dengan memasang rambu rawan tsunami. Selain itu, mereka juga menanam mangrove sebagai sabuk pantai alami di Pantai Galau yang didampingi Bupati Pandeglang hingga kepala desa setempat. (YAN/INI Network)